Senin, 16 Mei 2011

jiwa dan hati menurut tokoh islam

jiwa dan hati dala pandangan beberapa tokoh islam
Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs). Menurutnya, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins) menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Jiwa (ruh) merupakan kesempurnaan awal, dalam pengertian bahwa ia adalah prinsip pertama yang dengannya suatu spesies (jins) menjadi manusia yang bereksistensi secara nyata. Artinya, jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri merupakan prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran ia bisa dinamakan jiwa jika aktual di dalam tubuh dengan satu perilaku dari berbagai perilaku8 dengan mediasi alat-alat tertentu yang ada di dalamnya, yaitu berbagai anggota tubuh yang melaksanakan berbagai fungsi psikologis.
Ibnu Sina membagi daya jiwa (ruh) menjadi 3 bagian yang masing-masing bagian saling mengikuti, yaitu
1. Jiwa (ruh) tumbuh-tumbuhan, mencakup daya-daya yang ada pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jiwa ini merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh yang bersifat alamiah dan mekanistik, baik dari aspek melahirkan, tumbuh dan makan.
2. Jiwa (ruh) hewan, mencakup semua daya yang ada pada manusia dan hewan. Ia mendefinisikan ruh ini sebagai sebuah kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik dari satu sisi, serta menangkap berbagai parsialitas dan bergerak karena keinginan.
3. Jiwa (ruh) rasional, mencakup daya-daya khusus pada manusia. Jiwa ini melaksanakan fungsi yang dinisbatkan pada akal. Ibnu Sina mendefinisikannya sebagai kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik, dimana pada satu sisi ia melakukan berbagai perilaku eksistensial berdasarkan ikhtiar pikiran dan kesimpulan ide, namun pada sisi lain ia mempersepsikan semua persoalan yang bersifat universal.

Imam Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)
Sebagaimana Ibn Sina, al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Jiwa nabati (al-nafs al-nabatiyah), yaitu kesempurnaan awal baqgi benda alami yang hidup dari segi makan, minum, tumbuh dan berkembang.
2. Jiwa hewani (al-nafs al-hayawaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak).
3. Jiwa insani (al-nafs al-insaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda yang hidupdari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum.
Jiwa insani inilah, menurut al-Ghazali di sebut sebagai ruh (sebagian lain menyebutnya al-nafs al-natiqah/jiwa manusia). Ia sebelum masuk dan berhubungan dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs yang mempunyai daya (al-’aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Selanjutnya al-Ghazali menjelaskan bahwa kalb, ruh dan al-nafs al mutmainnah merupakan nama-nama lain dari al-nafs al-natiqah yang bersifat hidup, aktif dan bisa mengetahui.
Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di sebut ruh hewani, yakni jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani dan merupakan sumber kehidupan, perasaan, gerak, dan penglihatan yang dihubungkan dengan anggota tubuh seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah ruangan. Kedua, berarti nafs natiqah, yakni memungkinkan manusia mengetahui segala hakekat yang ada. Al-Ghazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan jasad merupakan hubungan yang saling mempengaruhi.13 Di sini al-Ghazali mengemukakan hubungan dari segi maknawi karena wujud hubungan itu tidak begitu jelas. Lagi pula ajaran Islam tidak membagi manusia dalam kenyataan hidupnya pada aspek jasad, akal atau ruh, tetapi ia merupakan suatu kerangka yang saling membutuhkan dan mengikat; itulah yanmg dinamakan manusia.

Ibn Tufail (Awal abad IV/580 H/ 1185 M)
Menurut Ibn Tufail, sesungguhnya jiwa yang ada pada manusia dan hewan tergolong sebagai ruh hewani yang berpusat di jantung. Itulah faktor penyebab kehidupan hewan dan manusia beserta seluruh perilakunya. Ruh ini muncul melalui saraf dari jantung ke otak, dan dari otak ke seluruh anggota badan. Dan inilah yang yang menjadi dasar terwujudnya semua aksi anggota badan.
Ruh berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan mata, maka perilakunya adalah melihat; jika ia bekerja dengan telinga maka perilakunya adalah mendengar; jika dengan hidung maka perilakunya adalah mencium dsb. Meskipun berbagai anggota badan manusia melakukan perilaku khusus yang berbeda dengan yang lain, tetapi semua perilaku bersumber dari satu ruh, dan itulah hakikat zat, dan semua anggota tubuh seperti seperangkat alat”.

Ibn Taimiyah ( 661-728 H/1263-1328 M)
Ibn Taimiyah berpendapat bahwa nafs tidak tersusun dari substansi-substansi yang terpisah, bukan pula dari materi dan forma. Selain itu, nafs bukan bersifat fisik dan bukan pula esensi yang merupakan sifat yang bergantung pada yang lain.16 Sesungguhnya nafs berdiri sendiri dan tetap ada setelah berpisah dari badan ketika kematian datang.
Ia menyatakan bahwa kata al-ruh juga digunakan untuk pengertian jiwa (nafs). Ruh yang mengatur badan yang ditinggalkan setelah kematian adalah ruh yang dihembuskan ke dalamnya (badan) dan jiwalah yang meninggalkan badan melalui proses kematian. Ruh yang dicabut pada saat kematian dan saat tidur disebut ruh dan jiwa (nafs). Begitu pula yang diangkat ke langit disebut ruh dan nafs. Ia disebut nafs karena sifatnya yang mengatur badan, dan disebut ruh karena sifat lembutnya. Kata ruh sendiri identik dengan kelembutan, sehingga angin juga disebut ruh.
Ibn Taimiyah menyebutkan bahwa kata ruh dan nafs mengandung berbagai pengertian, yaitu:
1. Ruh adalah udara yang keluar masuk badan.
2. Ruh adalah asap yang keluar dari dalam hati dan mengalir di darah.
3. Jiwa (nafs) adalah sesuatu itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT: … Tuhanmu
telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang … (QS. al-’An’am, 54).
4. Jiwa (nafs) adalah darah yang berada di dalam tubuh hewan, sebagaimana ucapan ahli fiqih, “Hewan yang memiliki darah yang mengalir dan hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir”.
5. Jiwa (nafs) adalah sifat-sifat jiwa yang tercela atau jiwa yang mengikuti keinginannya.
Tentang tempat ruh dan nafs di dalam tubuh, Ibn Taimiyah menjelaskan: “Tidak ada tempat khusus ruh di dalam jasad, tetapi ruh mengalir di dalam jasad sebagaimana kehidupan mengalir di dalam seluruh jasad. Sebab, kehidupan membutuhkan adanya ruh. Jika ruh ada di dalam jasad, maka di dalamnya ada kehidupan (nyawa); tetapi jika ruh berpisah dengan jasad, maka ia berpisah dengan nyawa”.
Ibn Taimiyah menyatakan bahwa jiwa (nafs/ruh) manusia sesungguhnya berjumlah satu,
sementara al-nafs al-ammarah bi al-su’, jiwa yang memerintahkan pada keburukan akibat dikalahkan hawa nafsu sehingga melakukan perbuatan maksiat dan dosa, al-nafs al-lawwamah, jiwa yang terkadang melakukan dosa dan terkadang bertobat, karena didalamnya terkandung kebaikan dan keburukan; tetapi jika ia melakukan keburukan, ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Dan dinamakan lawwamah (pencela) karena ia mencela orang yang berbuat dosa, tapi ia sendiri ragu-ragu antara perbuatan baik dan buru, dan al-nafs al-mutmainnah, jiwa yang mencintai dan menginginkan kebaikan dan kebajikan serta membenci kejahatan.

Ibn Qayyim al-Jauziyah (691-751 H/1292-1350 M)
ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dan nafs untuk pengertian yang sama. Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat nurani ‘alawi khafif hayy mutaharrik atau jism yang mengandung nur, berada di tempat yang tinggi, lembut, hidup dan bersifat dinamis. Jizm ini menembus substansi anggota tubuh dan mengalir bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya dari jism yang lembut ini, maka ia akan tetap membuat jaringan dengan bagian-bagian tubuh. Kemudian pengaruh ini akan memberinya manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan.Ibn Qayyim menjelaskan pendapat banyak orang bahwa manusia memiliki tiga jiwa, yaitu nafs mutmainnah, nafs lawwamah dan nafs amarah. Ada orang yang dikalahkan oleh nafs mutmainnah, dan ada yang dikalahkan oleh nafs ammarah.Mereka berargumen dengan firman Allah:
Wahai jiwa yang tenang (nafs mutmainnah) … (QS. Al-Fajr: 27).Aku sungguh-sungguh bersumpah dengan hari kiamat dan aku benar-benar bersumpah dengan jiwa lawwamah (QS. al-Qiyamah: 1-2)Sesungguhnya jiwa itu benar-benar menyuruh kepada keburukan (nafs ammarah) (QS. Yusuf: 53)
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa manusia itu satu, tetapi memiliki tiga sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang disebut mutmainnah (jiwa yang tenang) karena ketenangannya dalam beribadah, ber-mahabbah, ber-inabah, ber-tawakal, serta keridhaannya dan kedamaiannya kepada Allah. Ada jiwa yang bernama nafs lawwamah, karena tidak selalu berada pada satu keadaan dan ia selalu mencela; atau dengan kata lain selalu ragu-ragu, menerima dan mencela secara bergantian. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nafs lawwamah dinamakan demikian karena orangnya sering mencela. Sedangkan nafs ammarah adalah nafsu yang menyuruh kepada keburukan.
Jadi, jiwa manusia merupakan satu jiwa yang terdiri dari ammarah, lawwamah dan mutmainnah yang menjadi tujuan kesempurnaan dan kebaikan manusia. Sehingga ada kemiripan antara pendapat Ibn Qayyim dengan pendapat Ibn Taimiyah tentang tiga sifat jiwa ini.Ibn Qayyim juga menjelaskan dan membagi menjadi tiga kelompok kaum filosof yang terpengaruh oleh ide-ide Plato. Ia menyebutkan tiga jenis cinta pada masing-masing kelompok tersebut, yaitu:
1. Jiwa langit yang luhur (nafs samawiyah ‘alawiyah) dan cintanya tertuju pada ilmu pengetahuan, perolehan keutamaan dan kesempurnaan yang memungkinkan bagi manusia, dan usaha menjauhi kehinaan.
2. Jiwa buas yang penuh angkara murka (nafs sab’iyyah ghadabiyyah) dan cintanya tertuju pada pemaksaan, tirani, keangkuhan di bumi, kesombongan, dan kepemimpinan atas manusia dengan cara yang batil.
3. Jiwa kebinatangan yang penuh syahwat (nafs hayawaniyyah shahwaniyyah) dan cintanya tertuju pada makanan, minuman dan seks.
Dari konteks pembicaraan Ibn Qayyim ini, dapat dipahami bahwa ketiga macam jiwa ini bukan berdiri sendiri dan bukan pula berarti jiwa yang yang tiga, tetapi ia merupakan tiga daya untuk satu jiwa.

Filosof Lain

Al-Nazzam berpendapat bahwa ruh adalah jism dan jiwa. Ia hidup dengan sendirinya. Ia masuk dan bercampur dengan badan sehingga badan tersebut menjadi bencana, mengekang dan mempersempit ruang lingkupnya. Keberadaannya dalam badan adalah untuk menghadapi kebinasaan badan dan menjadi pendorong bagi badan untuk memilih. Seandainya ruh telah lepas dari badan, maka semua aktivitas badan hanyalah bersifat eksidental dan terpaksa.Al-Jubba’i berpendapat bahwa ruh adalah termasuk jism, dan ruh itu bukan kehidupan. Sebab kehidupan adalah a’rad (kejadian). Ia beranggapan bahwa ruh tidak bisa ditempati a’rad.
Abu al-Hudhail beranggapan bahwa jiwa adalah sebuh definisi yang berbeda dengan ruh dan ruhpun berbeda dengan kehidupan, karena menurutnya kehidupan adalah termasuk a’rad. Ia menambahkan, ketika kita tidur jiwa dan ruh kita kadang-kadang hilang, tetapi kehidupannya masih adaSebagian mutakallimin lain meyakini bahwa ruh adalah definisi kelimaselain panas, dingin, basah dan kering. Tetapi mereka berbeda ketika membahas tentang aktivitas ruh. Sebagian berpendapat aktivitas ruh bersifat alami, tetapi sebagian lain berpendapat bersifat ikhtiyari.

Penutup
Dalam filsafat dan tasawuf Islam, di samping istilah ruh dan al-nafs, ditemukan juga istilah al-qalb dan al-’aql. Empat istilah ini tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat ibarat kacang dengan kulit arinya.
Para ulama di atas hampir semua sepakat bahwa pengertian ruh adalah sama dengan nafs (kecuali Abu Hudhail). Hanya saja, ketika mereka berusaha mengupas lebih dalam lagi tentang peran, macam-macam, fungsi ruh dan tujuan penciptaan ruh bagi kehidupan manusia terkesan berbeda. Meskipun perbedaan tersebut amat tipis sekali karena kesemuaan pembahasan diatas saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang terkadang pada proses dan fase tertentu mereka mendefinisikannya sama.
Terlepas dari pro dan kontra berbagai pendapat mengenai ruh dan hal-hal yang terkait dengannya, satu hal yang pasti, bahwa kebenaran tentang hakekat dari ruh itu sendiri tetap menjadi rahasia Allah semata dan Ia hanya membukakan sedikit celah pintu bagi manusia untuk mencoba membuka dan menyingkapnya secara utuh.

Etika baik dan buruk menurut beberapa aliran


Kata Pengantar

Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan seseorang,misalnya mengatakan orang itu baika atau buruk.Masalahnya apakah yang disebut baik dan buruk dan apa ukuran atau indikator yang dapat digunakan untuk menilai perbuatan itu buruk atau baik.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dicari jawabannya sehingga pada saat kita menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki patokan atau indikator yang pasti.Untuk itu pada makalah ini akan dibahas tentang pengertian baik dan buruk,ukuran untuk menilai baik dan buruk,sifat baik dan buruk,serta pandangan islam mengenai baik dan buruk.
Pembahasan masalah ini berkaitan dengan ilmu akhlak,sebagaimana telah diketahui bahwa ilmu akahlak membahas tingkah laku dan perbuatan manusia dan menetapkan baik atau buruk.











   A.Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari khair dalam bahasa Arab atau good dalam bahasa Inggris.menurut Hombay yang baik itu dapat juga berarti sesuatu yang mendatangkan kepuasan.Menurut Websters yang baik itu adalah segala sesuatu yang mendatangkan rahmat,memberikan perasaan senang atau bahagia.Menurut Ahmad Charris Zubair baik itu merupakan,jika tingkah laku manusia menuju kesempurnaan,kebaikan adalah nilai apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkret.
Beberapa kutipan tersebut menggambarkan bahwa yang baik atau kebaikan adalah sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur bermartabat,menyenagkan,dan disukai manusia.Definisi kebaikan tersebut terkesan anthropocentris yakni memusatkan dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia.Pengertian baik yang demikina tidak ada salahnya karena secara fitrah manusia memeng menyukai hal-halyang menyenangkan dan membahagiakan dirinya.
Kesempurnaan,keharuan,kepuasan,kesenangan,kesesuaian,kebenaran,kesesuaian,dengan keinginan mendatangkan rahmat,memberikan perasaan senang dan bahagia dan yang sejalan dengan itu adalah merupakan sesuatu yang dicari dan diusahakan manusia.karena semuanya itu dianggap sebagai yang baik atau mendatangkan kebaikan bagi dirinya.Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana disebutkan di atas akan
1

mempermudahkan dalam mengetahui yang buruk.Dalam bahasa Arab,yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr yang berarti tidak sempurna dalam kualitas,dibawah standard,kurang dalam nilai,tidak menyenagkan,sesuatu yang tercela.Dengan demikian sesuatau yang buruk adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.Beberapa defenisi tersebut memberi kesan bahwa sesuatu yang disebut  baik atau buruk itu relatif karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya,dengan demikian niali baik atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat subyektif karena bergantung kepada individu yang menilainya.

    B.Penentuan Baik dan Buruk
Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia berkembang pula patokan yang digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk.Menurut Poedjawijatna keadaan ini berhubungan rapat dengan dunia filsafat tentang manusia(antropologia metafisika) dan ini tergantung pula dari metafisika pada umunya,lebih lanjut ia menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme Sementara itu menurut Asmaran AS,menyebutkan ada empat aliran filsafat yaitu adat kebiasaan,hedonisme,intuisi,dan evolusi.Pembagian menurut Asmaran AS ini tampaknya
2

sejalan dengan pendapat Ahmad Amin yang membagi empat penentuan baik dan buruk yaitu adat istiadat,hedonisme,utilitarianisme dan evolusi.Beberapa kutipan tersebut tampaknya saling melengkapi dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk ini adalah aliran adat istiadat(sosialisme), hedonisme, intuisisme (humanisme), utilitarianisme, religiosisme, dan evolusisme.Dengan merujuk kepada kutipan diatas beberapa aliaran filsafat yang mempengaruhi pemikiran akhlak tersebut dapat dikemukakan secara ringkas sebagai berikut.
   1.Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang dipegang dan berlaku di masyarakat.Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk,dan perlu dihukum secara adat.
Didalam masyarakat kita jumpai adat-istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian,makan,minum,bercakap-cakap bertandang dan sebagainya.Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang baik dan yang menyalahinya adalah orang yang buruk.Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat-istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran
3

sosialisme,munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia,maka ada yang berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya.Lebih jelas lagi apa yang lazim dianggap baik oleh masyarakat tertentu itulah yang baik,inilah yang diebu ukuran sosialistis dalam etika.
   2.Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,melainkan ada pula yang memdatangkan kepedihan dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan maka yang dilakukan adalah mendatangkan kelezatan.Epicurus sebagai oarng pertama yang mendasari paham ini mengatakan bahwa kebahagian atau kelezatan itu adalah tujuan manusia.Tidak ada kebaikan dalam hidup ini selain kelezatan dan tidak ada keburukan selain penderitaan.Dan akhlak itu tidak lain dan tidak bukan adalah berbuat untuk menghasilkan kelezatan dan kebahagiaan serta keutamaan.
Epicurus lebih mementingkan kelezatan akal dan rohani ketimbang kelezatan badan,karena badan itu terasa dengan  lezat dan derita selama adanya kelezatan dan penderitaan itu saja,dan badan itu tidak dapat mengenakan kelezatan yang telah lalu dan tidak dapat merencanakan klezatan akan datang.Yang dapat merencanakan kelezatan
4

adalah rohani dan akal disebabkan rohani dan akal lebih kekal dari kelezatan badan.Pada tahap selanjutnya paham hedonism ini ada yang bercorak individual dan universal.Corak pertama berpendapat bahwa yang dipentingkan terlebih dahulu adalah mencari sebesar-besarnya kelezatan dan kepuasan untuk diri sendiri dengan segenap daya upaya harus diarahkan pada upaya mencari kebahagiaan dan kelezatan yamg bercorak individual,selanjutnya corak kedua memandang bahwa perbuatan yang baik itu
adalah yang mengutamakan mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia bahkan segala makhluk yang berperasaan.
   3.Baik Buruk menurut Aliran Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya,paham ini berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan  baik  atau buruk dengan sekilas pandangan.Kekuatan batin ini  terkadang beda refleksnya karena pengaruh masa dan lingkungan tetapi dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia.Apabila ia melihat sesuatu perbuatan ia mendapat sebuah ilham yang dapat memberi nilai perbuatan itu lalu menetapkan hukum baik dan buruknya.Oleh karena itu kebanyakan perbuatan yang salah kikir dan pengecut.
Kekuatan  batin  ini  adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia tidak terambil dari keadaan di luarnya,menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan
5

yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya.Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.Poedjawijatna mengatakan bahwa aliran ini yang baik adalah yang sesuai dengan kodarat manusia yaitu kemanusiaannya yang cenderung kepada kebaikan.Penentuan terhadap baik-buruk tindakan yang konkret adalah perbuatan yang sesuai dengan kata hati orang yang bertindak.Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan
derajat manusia dan tidak menentang atau mengurangi keputusan hati.Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari adanya persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap perbedaan zaman,perbedaan itu terletak pada bentuk,penerapan,atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep moral yang disebut ma’ruf dalam Al-Quran.
  4.Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna,menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna,jika ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individualis dan jika berlaku bagi masyarakat dan negara disebut sosial.Namun demikian paham ini terkadang cenderung eksterm dan melihat kegunaan hanya dari sudut materialistik, selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya. Untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya menggunakan fitnah,
6

khianat,bohong,kekerasan dan sebagainya sepanjang semua itu ada gunanya,namun demikian kegunaanya dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima.Dan kegunaanya bisa juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat pada yang lain (HR.Bukhori).
   5.Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusiaKekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik.Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik.Paham ini pernah dipraktekkan pada zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh.
Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme,diktaktor dan tiranik.Kekuatan dan kekuasaan menjadi lambang dan status sosial untuk dihormati.Ucapan,perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkannya menjadi pegangan bagi masyarakat.Hal ini bisa berlaku mengingat orang-orang lermah dan bodoh selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya,namun dengan sering waktu paham ini digeser menjadi pandangan yang bersifat demokratis.
   6.Baik Buruk Menurut Paham Religiosme
7

Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.Dalam paham ini keyakinan teologis yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya.menurut Poedjawijatna aliran ini dianggap yang paling baik adalah dalam praktek,namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini yaitu karena ketidak umuman dari ukuran baik danburuk yang digunakannya.
Diketahui bahwa di dunia terdapat bermacam-macam agama,dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing.Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen ,dan Islam.masing-masing agama memiliki  pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda.Poedjawijatna mengatakan bahwa pedoman itu tidak sama,malhan di sana-sini tampak bertentangan misalnya tentang pologami ,talak, dan rujuk, aturan makan dan minum,hubungan suami-istri dan sebagainya.
   7.Baik Buruk Menurut Paham Evolusi   
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi yaitu,berkembang dari apa adanya menuju dari apa  adanya menuju kepada kesempurnaannya.Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-
8

benda yang tampak,seperti binatang,manusia dan tumbuh-tumbuhan tetapi juga berlaku pada benda yang tak dilihat atau diraba oleh indera,seperti akhlak dan moral.
Herbert Spencer salah satu seorang ahli filsafat yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana,kemudian berangsur-angsur menungkat sedikit demi sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan.Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu dan buruk bila jauh dari padanya,sedang tujuan manusia dalam hidup ini ialah mencapai cita-cita atau paling tidak mendekatinya sedikit demi sedikit mungkin.kesenangan dan kebahagiaanKebahagiaan disini berkembang menurut keadaan yang mengelilinginya.Dapat dilihat bahwa perbuatan manusia terkadang sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya maka hidupnya akan senang dan bahagia.
Oleh karena itulah menjadi keharusan untuk mengubah dirinya menurut keadaan yang ada di sekelilingnya sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi tujuannya.

   C.Sifat dari Baik dan Buruk
Sifat dan corak baik-buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat sebagaimana disebutkan diatas adalah sesuai dengan sifat dari filsafat itu sendiri yakni berubah,relative nisbi dan tidak universal.
9

Dengan demikian sifat baik buruk yang dihasilkan oleh filsafat tersebut menjadi relative dan nisbi pula,yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah.Sifat baik-buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subyektif lokal dan temporal,dan oleh karananya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatife.
Untuk itu perlu ada suatu ketentuan baik dan buruk yang didasarkan kepada nilai-nilai universal.Uraian tersebut menunjukkan keuniversalan yaitu penentuan baik dan buruk yang didasarkan pada pandangan intuisisme sebagaimana telah diuraikan diatas.Namun demikian bagaimana intuisi tetap saja tidak semutlak wahyu yang datang dari Allah.

  D.Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber wahyu Allah SWT,Al-Quran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.Masalah akhlak dalam ajaran islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar.
Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada Al-Quran danAl- Hadits,jika kita perhatikan Al-Quran dan Al-Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada baika dan buruk.Diantara istilah yang mengacu pada yang baik antara lain al-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah,azizah,dan al-bar.
10

Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-Raghib,al Asfahani adalah istilah yang digunakan untuk menunjukian sesuatu yang disukai atau dipandang baik.Al-hasanah selanjutnya dapat dibagi menjadi tiga bagian.Pertama hasanah dari segi akal,kedua dari segi hawa nafsu/keinginan dan hasanah dari segi pancaindera. Lawan dari al-hasanah adalah al-sayyiah.Yang termasuk al-hasanah misalnya keuntungan,kelapangan rezeki dan kemenagan.Sedangkan yang termasuk al-sayyiah misalnya kesempitan,kelaparan dan keterbelakangan.Pemakain kata al-hasanah yang demikian itu misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi:
وَٱ ڶوْ عظھِ۟۠ اْڶحسٺھِ۠۟       ڶحکڡَھِ۬۬۬۬۬ باِ رَبكَ سبٻلِ إلَ ذعٌ  ٱ
Ajaklah manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (QS,al_Nahl 125)
Adapun kata al-thayibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan kepada panca indera dan jiwa manusia seperti makanan,pakaian,tempat tinggal dan sebagainya.
Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk.Hal ini misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi


11

Kami turunkan kepadamu manna an salwa.Makanlah dari makanan yang baik-baik yang kami berikan kepadamu.( QS.al-Baqarah 57)
Selanjutnya kata al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang bail oleh seluruh umat manusia seperti berakhlak,adil,keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat.Lawannya adalah al-syarr,hal ini terdapat pada ayat yang berbunyi


Barang siapa yang melakukan sesuatu kebiakn dengan kerelaan hati maka sesungguhnya Allah maha mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui.(QS.al-Baqarah 158)
Adapun kata al-mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT.Dengan demikian kata al-mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.Hal ini dinyatakan dalam ayat


Dan dari sebagian malam hendak engkau bertahajjud mudah-mudahan Allah akan mengangkat derajatmu pada tempat yang terpuji (QS al-Isra 79)
12

Kata al-karimah digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji yang ditempatkan dalam kenyataan hidup sehari-hari,selanjutnya kata al-kharimah ini biasanya dugunakan untuk menunjukkan perbuatan terpuji yang skala besarnya seperti menafkahkan harta dijalan Allah,berbuat baik pada orang tua,Allah berfirman

Dan janganlah kamu mengucapkan kata ‘AH’ kepada orang tua dan janganlah kamu membentaknya dan ucapkanlah pada keduanya ucapan yang mulia.(QS al-Isra 23)
Adapun kata al-birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas atau memperbanyak melakukan perbuatan yang baik.Kata tersebut terkadang digunakn sebagai sifat Allah dan terkadang juga untuk sifat manusia.Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah maka maksudnya adalah Allah memberikan balasan pahala yang besar,dan jika digunakan untuk manusia maka yang dimaksud adalah ketaatannya,misalnya pada ayat yang berbunyi:





13

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian,akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah kebaikan orang-orang beriman kepada Allah,hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,anak-anak yatim,orang-orang miskin, musafir,,dan orang-orang yang meminta-minta dan hamba sahaya,mendirikan shalat dan menunaikan zakat,dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,penderitaan,dan dalam peperangan (QS.al-Baqarah 177)
Adanya berbagai istilah kebaikan yang demikian variatif yang diberikan al-Quran dan hadits itu menunjukkan bahwa penjelasan tentang sesuatu yang baik menurut ajaran islam jauh lebih lengkap dan komprensif dibandingkan dengan arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.Berbagai istilah yang mengacu kepada kebaikan itu menunjukkan bahwa kebaikan dalam pandangan islam meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik,akal,rohani,jiwa,kesejahteraan di dunia dan kesejahteraan di akhirat serta akhlak yang mulia.selanjutnya dalam menentuka baik dan buruk,islam memperhatikan criteria lainnya dari segi cara melakukan perbuatan itu,seorang anak yang berniat baik tapi dalam melakukan cara itu dengan cara yang salah,maka perbuatan tersebut dipandang tercela,orang tua memukul anaknya hingga cacat seumur hidup tetap dinilai buruk,walaupun niatnya agar anak itu menjadi baik,demikian pula seoarang yang mengeluarkan sedekah dianggap baik menurut agama tetapi cara memberikan sedekah itu
14

dapat menyakitkan hati si penerima maka perbuatan tersebut dinilai tidak baik.Selain itu yang dianggap baik dalam islam juga adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah,dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang bertentangan dengan al-Quran dan al-Sunnah itu.Namun demikian al-Quran dan al-Sunnah bukanlah sumber ekskulisf atau tertutup,kedua sumber tadi bersikap terbuka untuk menghargai bahkan manampung pendapat akal pikiran,adapt istiadat,dan sebagainya yang dibuat manusia dengan catatan semuanya itu tetap sejalan dengan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah.al-Quran misalnya menyuruh berbuat baik kepada orang tua,tapi cara berbuat baik kepada orang tua dalam al-Quran tidak ada penjabarannya.Untuk menjabarkannya bisa digunakan ketentuan dalam etika atau moral.Demikian pula cara menghormati tetangga cara menepati janji,cara berbuat baik kepada yatim piatu dan sebagainya memerlukan bantuan penjabaran dari hasil daya ijtihad akal dan budaya manusia.Disinilah letak sifat baik-buruk ajaran islam yaitu dari segi mengandung nilai universal dan mutlak yang tidak dapat berubah,sedang pada segi lain dapat menampung nilai yang bersifat lokal,dan dapat berubah-ubah sebagaimana yang diberikan oleh etika dan moral.Dengan demikian keuniversalan ketentuan baik buruk dalam ajaran islam tetap sejalan dengan kekhususan yang terdapat pada nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat.

15


Ilmu Akhlak

Baik dan Buruk


 Nama :M.Rahardian Maulana
 Fakultas         :Ushuluddin
 Jurusan          :Psikologi Islam
 Nim                :08 35 020

Dosen Pembimbing: Dra.Hj Nyayu Aminah Ahmad

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG

Daftar Isi

- Kata pengantar                                                                                           I
- Pengertian Baik dan Buruk                                                                       1
- Penentuan Baik dan Buruk                                                                       2
- Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)             3                                    
- Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme                                                  4           
- Baik Buruk menurut Aliran Intuisisme (Humanisme)                            5
- Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme                                          6
- Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme                                                    7
- Baik Buruk Menurut Paham Religiosme                                                 8
- Baik Buruk Menurut Paham Evolusi                                                       9   
- Sifat dari Baik dan Buruk                                                                         10
- Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam                                                  11
- Kesimpulan                                                                                                  17
- Daftar Pustaka                                                                                            20


Daftar Pustaka
           
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,MA :Akhlak Tasawuf

Prof.Dr.Ahmad Amin :Etika




                                                                           








Bab 3

Kesimpulan
·         Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari khair dalam bahasa Arab atau good dalam bahasa Inggris.Dalam bahasa Arab,yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr yang berarti tidak sempurna dalam kualitas,dibawah standard,kurang dalam nilai,tidak menyenagkan,sesuatu yang tercela.
·         Pembagian baik dan buruk terdiri atas baik dan buruk menurut hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme.
·         Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme).Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang dipegang dan berlaku di masyarakat.Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik,dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat dipandang buruk,dan perlu dihukum secara adat.
·         Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme.Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologisAliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,melainkan ada pula yang memdatangkan kepedihan dan apabila ia disuruh memilih

 manakah perbuatan yang harus dilakukan maka yang dilakukan adalah mendatangkan kelezatan.
·         Baik Buruk menurut Aliran Intuisisme (Humanisme)Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya,paham ini berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan insting batin yang dapat membedakan  baik  atau buruk dengan sekilas pandangan
·         Baik Buruk Menurut Paham UtilitarianismeSecara harfiah utilis berarti berguna,menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna.
·         Baik Buruk Menurut Paham VitalismeMenurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusiaKekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap sebagai yang baik
·         Baik Buruk Menurut Paham ReligiosmeMenurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
18

·         Baik Buruk Menurut Paham Evolusi.Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi yaitu,berkembang dari apa adanya menuju dari apa  adanya menuju kepada kesempurnaannya
·         Sifat dari Baik dan Buruk.Dengan demikian sifat baik buruk yang dihasilkan oleh filsafat tersebut menjadi relative dan nisbi pula,yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah.Sifat baik-buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subyektif lokal dan temporal,dan oleh karananya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatife.
·         Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada Al-Quran danAl- Hadits,jika kita perhatikan Al-Quran dan Al-Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada baika dan buruk.Diantara istilah yang mengacu pada yang baik antara lain al-hasanah,thayyibah,khairah,karimah,mahmudah, azizah,dan al-bar.


19










kebutuhan manusia terhadap agama


KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

1. Pengertian

            Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din dari bahasa Arab.Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.
            Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik. Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.

            Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan negeri.
            Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1.Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.
2.Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3.Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.
6.Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7.Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
            Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.


LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA

1. Latar Belakang Fitrah Manusia

            Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.
            Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :

óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  

Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)

            Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri.Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan


2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.

            Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya “Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin. Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama.Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nyadengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
$¯RÎ) ¨@ä. >äóÓx« çm»oYø)n=yz 9ys)Î/ ÇÍÒÈ  

Artinya :
“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (QS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .

3. Tantangan Manusia

            Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .